Pasar produk perikanan nasional ke Timur Tengah menguat dengan peningkatan penjualan antarka-wasan itu sebesar 35% dalam 3 bulan pertama 2010, khususnya di lima negara utama.
Lima negara yang mencatat permintaan terbesar atas produk perikanan asal Indonesia itu adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Yordania, Yemen, dan Iran."Produk perikanan Indonesia yang diekspor ke Timur Tengah meningkat tajam sebesar 35% sepanjang Januari-Maret 2010 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu," ujar Direktur Pemasaran Luar Negeri pada Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut P. Hutagalung kemarin.
Dia menyebutkan beberapa produk yang populer adalah tuna beku, precooked loin tuna, udangbeku, ikan hias, kerupuk ikan, cumi-cumi, lobster, bandeng dan olahan ikan kering.Total ekspor perikanan dalam 3 bulan pertama tahun ini mencapai US$22,3 juta, atau naik dibandingkan dengan periode yangsama pada 2009 yang tercatat sebesar US$16,4 juta.Karena itu, fokus pada tahun ini adalah meningkatkan pangsa pasar melalui fasilitas promosi dagang, meningkatkan kontrak dagang, dan kerja sama denganpusat promosi dagang di kawasan tersebut.Dia mengakui saat ini masih terdapat hambatan tarif yang diberlakukan sebesar 25%-40% dan mekanisme pembayaran produk ekspor.
Kerja sama Australia
Selain kerja sama perdagangan dengan Timur Tengah, Indonesia juga melanjutkan kerja sama dengan Australia terkait dengan pengelolaan sumber daya tuna yang makin terbatas di perairan dua negara.Kepala Pusat Kerjasama Internasional dan Antar Lembaga (Puskita) Kementerian Kelautan dan Perikanan Anang Nugroho menyalakan dua negara akan melakukan pembahasan mengenai berbagai kegiatan kerja sama, termasuk di dalamnya penelitian, pengembangan sumber daya manusia, karantina, pengawasan mutu, penanggulangan illegal fishing dan pelestarian perairan.
"Dalam penelitian disepakati untuk mengkaji keberadaan atau stok sumber daya ikan di wilayah penangkapan nelayan tradisional di Pulau Pasir atau Ashmore Reef, dan kondisi perikanan jaring lingkar serta penggunaan alat bantu penangkapan ikan ataufish aggregation dnncv meliputi rumpon terhadap penangkapan ikan tuna." ujarmya.Dia mengatakan dari diskusi di Australia itu diketehui sumber daya tuna di Samudera Indonesia telah menurun jumlahnya.Hal tersebut, katanya, terlihat dari ukuran ikan yang ditangkap semakin kecil, daerah penangkapan semakin jauh ke selatan, don hook rate atau tingkat hasil tangkapan per-seratus mata pancing yang semakin sedikit.
Anang menambahkan kondisi yang mengancam kelestarian sumber daya tuna lebih patah lagi adalah penangkapan menggunakan kapal purse xfite v.ing dilengkapi dengan rumpon.Kepala Pusat Riset Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Purwanto menambahkan pada pertemuan antara perwakilan Indonesia-Australia itu disimpulkan perlu segera dilakukan penelitian serius mengenai dampak pemakaian kapal purse sane don rumpon lerhadap stok tuna."Jangan sampai malapetaka habisnya ikan kecil oleh rumpon dan jaring purse seine di Laut Jawa berulang pada perikanan tuna," katanya.
Lima negara yang mencatat permintaan terbesar atas produk perikanan asal Indonesia itu adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Yordania, Yemen, dan Iran."Produk perikanan Indonesia yang diekspor ke Timur Tengah meningkat tajam sebesar 35% sepanjang Januari-Maret 2010 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu," ujar Direktur Pemasaran Luar Negeri pada Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut P. Hutagalung kemarin.
Dia menyebutkan beberapa produk yang populer adalah tuna beku, precooked loin tuna, udangbeku, ikan hias, kerupuk ikan, cumi-cumi, lobster, bandeng dan olahan ikan kering.Total ekspor perikanan dalam 3 bulan pertama tahun ini mencapai US$22,3 juta, atau naik dibandingkan dengan periode yangsama pada 2009 yang tercatat sebesar US$16,4 juta.Karena itu, fokus pada tahun ini adalah meningkatkan pangsa pasar melalui fasilitas promosi dagang, meningkatkan kontrak dagang, dan kerja sama denganpusat promosi dagang di kawasan tersebut.Dia mengakui saat ini masih terdapat hambatan tarif yang diberlakukan sebesar 25%-40% dan mekanisme pembayaran produk ekspor.
Kerja sama Australia
Selain kerja sama perdagangan dengan Timur Tengah, Indonesia juga melanjutkan kerja sama dengan Australia terkait dengan pengelolaan sumber daya tuna yang makin terbatas di perairan dua negara.Kepala Pusat Kerjasama Internasional dan Antar Lembaga (Puskita) Kementerian Kelautan dan Perikanan Anang Nugroho menyalakan dua negara akan melakukan pembahasan mengenai berbagai kegiatan kerja sama, termasuk di dalamnya penelitian, pengembangan sumber daya manusia, karantina, pengawasan mutu, penanggulangan illegal fishing dan pelestarian perairan.
"Dalam penelitian disepakati untuk mengkaji keberadaan atau stok sumber daya ikan di wilayah penangkapan nelayan tradisional di Pulau Pasir atau Ashmore Reef, dan kondisi perikanan jaring lingkar serta penggunaan alat bantu penangkapan ikan ataufish aggregation dnncv meliputi rumpon terhadap penangkapan ikan tuna." ujarmya.Dia mengatakan dari diskusi di Australia itu diketehui sumber daya tuna di Samudera Indonesia telah menurun jumlahnya.Hal tersebut, katanya, terlihat dari ukuran ikan yang ditangkap semakin kecil, daerah penangkapan semakin jauh ke selatan, don hook rate atau tingkat hasil tangkapan per-seratus mata pancing yang semakin sedikit.
Anang menambahkan kondisi yang mengancam kelestarian sumber daya tuna lebih patah lagi adalah penangkapan menggunakan kapal purse xfite v.ing dilengkapi dengan rumpon.Kepala Pusat Riset Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Purwanto menambahkan pada pertemuan antara perwakilan Indonesia-Australia itu disimpulkan perlu segera dilakukan penelitian serius mengenai dampak pemakaian kapal purse sane don rumpon lerhadap stok tuna."Jangan sampai malapetaka habisnya ikan kecil oleh rumpon dan jaring purse seine di Laut Jawa berulang pada perikanan tuna," katanya.
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar